KATA
SIFAT
Seperti yang telah
dikemukakan di atas,kita sering kali menemukan kesulitan tiap kali menentukan
kata sifat atau bukan,maka kata sifat memiliki batasan dan ciri penanda
tersendiri untuk mencari jalan keluar atas masalah tersebut.
I.
Batasan
Kata Sifat
Kata
Sifat atau adjektiva adalah kata yang berfungsi sebagai modifikator nomina.
Modifikator ini memberi keterangan tentang sifat atau keadaan nomina di dalam
tataran frasa. Contoh adjektiva yang memberi keterangan tentang sifat
nomina,misalnya ayu ‘cantik’,panas ‘panas’,dan kuning ‘kuning’.
Bocah ayu
‘anak cantik’
Banyu panas
‘air panas’
Klambi kuning
‘baju kuning’
Contoh
adjektiva yang memberi keterangan tentang keadaan nomina,misalnya lara ‘sakit’,kuna ‘kuno’, dan anyar
‘baru’,seperti:
Wong lara ‘orang sakit’
Omah kuna ‘rumah kuno’
Sandhal Anyar
‘sandal baru’
Untuk
menentukan suatu kata merupakan adjektiva atau bukan,digunakan dua macam ciri
atau penentu,yaitu penentu morfemis dan penentu sintaksis.
1. Penanda
Morfologis
Seperti
yang telah dikemukakan di atas,untuk menentukan suatu kata dapat dimasukkan ke
dalam kata sifat atau tidak memerlukan pedoman,pedoman pertama yaitu penanda
morfologis,dengan penanda ini kita dapat mengetahui apakah kata-kata yang
dianggap kata sifat dapat memenuhi ciri-ciri penanda morfologis atau tidak,jika
memenuhi maka dapat digolongkan ke dalam kata sifat.
a. Lingga
(L)
Seperti
halnya jenis kata yang lain,kata sifat dapat mempunyai bentuk lingga yang
berdiri sendiri. Dari jenis lingga ini nantinya dapat juga dibentuk kata sifat
jenis lain yang bersifat turunan.
Contoh: gampang ‘mudah’,angel ‘sukar’,sugih
‘kaya’, lemu ‘gemuk’, adoh ‘jauh’,pinter ‘pandai’,elek
;jelek’, dan lara ‘sakit’.
b. Ke-L-en
Adjektiva
cenderung dapat dilekati konfiks ke-/-en (konfiks penanda tingkat kualitas)
untuk menyatakan makna ‘keterlaluan’ atau ‘keeksesifan’.
Contoh : ketipisen
(tipis ‘tipis’ + ke-/en) ‘terlalu
tipis’
Kedhuwuren (dhuwur
‘tinggi’ + ke-/-en) ‘terlalu tinggi’
Keputihen (putih ‘putih’
+ ke-/en ) ‘terlalu putih’
Kegampangen (gampang
‘mudah’ + ke-/en ) ‘terlalu mudah’
Kesenengen (seneng
‘senang’ +ke-en) ‘terlalu senang’
Kematengen (mateng
‘matang’ + ke-en) ‘terlalu matang’
c. Adjektiva,untuk
menyatakan makna ‘penyangatan’/Lingga berubah swara (LS)
Kata sifat selalu dapat mengalami proses
pergantian suara untuk menyatakan intensifikasi sifat kata tersebut. Selain
suara itu biasannya terjadi pada suku
kata terakhir suatu kata,suku kedua,dan suku belakang,dalam bahasa jawa
standar,kata-kata yang salin suara hanyalah kata sifat,seperti kata kerja dan
benda tidak dapat mengalami perubahan suara.
·
Contoh peninggian vokal suku akhir,
Abang ‘merah’ → abing
‘merah sekali’
Dhuwur ‘tinggi’ → dhuwur
‘sangat tinggi’
Gepeng ‘pipih’ → geping ‘sangat pipih’
Cilik ‘kecil’ → cilik
‘sangat kecil’
·
Contoh pendiftongan pada suku awal atau suku
akhir,
Adoh ‘jauh’ → aduoh
‘sangat jauh’
Dawa ‘panjang’ → dawua
‘sangat panjang’
Enak ‘enak’ → uenak
‘sangat enak’
Ijo ‘hijau’ → uijo
‘hijau sekali’
·
Contoh Peninggian vocal suku akhir sekaligus
pendiftongan suku awal,
Apal ‘hafal’ → uapil ‘hafal sekali’
Elek ‘jelek’ → uelik ‘sangat jelek’
Gampang ‘mudah’ → guamping’sangat
mudah’
Panas ‘panas’ → puanas ‘panas sekali’
Tidak
semua adjectiva dapat diberi konfiks ke-/en. Hal ini bergantung pada ada
tidaknya kendala semantis. Adjectiva yang diberi konfiks ke-/-en,pada umumnya
adjectiva yang mengandung makna sifat kodrati dan sifat dasar yang menyatakan
kualitas dan intensitas yang bersifat fisik dan mental. Adjectiva yang mengacu
pada dua sifat dasar atau lebih yang berdampingan serta adjectiva turunan tidak
dapat diberi konfiks ke-/-en,contoh :
kebliriken,kelorengen,kelungliten,kepungpesen.
d.
Pengulangan (DL)
Untuk
menunjukkan suatu benda yang bersifat jamak,kata sifat yang dipergunakan pun
dapat mengalami proses pengulangan,walaupun perlu dicatat,bahwa tidak semua
kata sifat dapat diulang.
Contoh:
angel-angel ‘sukar-sukar’, sugih-sugih ‘kaya-kaya’, anteng-anteng
‘pendiam-pendiam’, ijo-ijo ‘hijau-hijau’.
Penanda
morfologis dapat digunakan untuk menentukan jenis kata sifat,tetapi bentuk
lingga dan dwilingga juga menandai jenis kata benda,kerja,tambahan. Maka agar
mendapatkan petunjuk lebih jelas dan meyakinkan diterapkan penanda sintaksis.
2.
Penanda sintaksis
Untuk
menentukan jenis kata sifat, juga dapat dipergunakan penanda sintaksis.
Menggunakan penanda sintaksis ini dapatlah ditentukan apakah suatu kata
tertentu dimasukkan dalam suatu kelompok kata sifat atau tidak. Disebut bahasa
kata sifat bahasa jawa harus di dahului oleh kata luwih, ora,rada. Dan juga
harus dapat diikuti oleh kata-kata
dhewe,paling,banget.
Contoh : luwih apik, pinter dhewe, rada bagus
Contoh : luwih apik, pinter dhewe, rada bagus
II.
KATA
SIFAT ASLI
Maksud dari kata sifat asli yaitu
kata sifat yang sudah memenuhi syarat-syarat yang menjadi ciri kata sifat. Kata
sifat yang asli ini dapat berupa kata turunan maupun berupa lingga saja. Tetapi
jelas yang dimaksud kata sifat asli berarti kata-kata tersebut berasal dari
kata sifat (kata dasarnya merupakan kata sifat).
Arti
|
Bentuk
|
Contoh
|
|
L
|
Ayu, panas, kuning,
lara, gampang, angel
|
Terlalu
|
Ke – L – en
|
Keciliken,
kegedhen, kegampangen
|
Sangat
|
LS
|
Guanteng, gedhue,
anguel, aduoh
|
meniru, memaksa
diri ber...
|
kuma – L
|
Kumayu, kumangkel,
kumawani
|
menyebabkan menjadi
|
N – DP
|
Memelas, nyenyerik
|
Jamak
|
DL
|
Apik-apik,
bagus-bagus, gampang-gampang
|
Bersikap
|
mi – L
|
Miturut, minuhu
|
Bersifat
|
L – an
|
Aleman, alusan,
susahan
|
Meniru
|
N – L
|
Ngedan
|
ingin memberi kesan
|
-um – L
|
Kuminter, gumedhe
|
Meniru
|
N – L – i
|
Mbagusi, mbocahik
|
bersifat
menyebabkan
|
NL – i
|
Ngedani, maregi
|
meniru yang
berlebihan
|
-um – DL
|
Kumudu-kudu,
kuminter-pinter
|
1.
Lingga
( L )
Semua jenis kata pasti mempunyai
tembung lingganya. Kata sifat ini pun dapat berbentuk lingga. Dan bentuk lingga
ini mempunyai makna ‘bersifat.....’(seperti yang terkandung dalam kata sifat
itu sendiri). Dapat dikatakan juga bahwa kata sifat yang berbentuk lingga
mempunyai arti biasa. Jadi dalam hal ini tidak ada masalah tambahan, asal saja
orang sudah memehami arti dalam kata lingga itu sendiri, contoh :
Yuli
bocah kang ayu.
Wawan
lara ora mangkat sekolah uwis rong dina.
2.
Ke
– L – en
Bentuk ini dipergunakan untuk
membentuk kata baru dengan mempergunakan kata dasar kata sifat. Hampir semua
kata sifat yang berbentuk lingga dapat dijadikan bentuk ke‒L‒en ini. Arti
bentuk ke‒L‒en itu adalah ‘bersifat terlalu (melebihi yang diharapkan)’. Contoh
:
Masakan
kuwi rasane asin amarga kakehan uyah.
Surtinah
ora bisa mlaku rikat amarga awake kelemon.
Dalam mengungkapkan sikap
keterlaluan ini orang jawa sering menggunakan bentuk yang berlebihan, yang
sebetulnya tidak perlu lagi. Sebetulnya bentuk
ke‒L‒en saja sudah cukup untuk menanyatakan sifat keterlalauan, tapi
karena merasa belum mantap maka ditambah lagi dengan bentuk salinan suara (LS),
seperti :
kesenengen ‘terlalu senang’ menjadi kesenuengen ‘terlalu senang sekali’
kegampangen ‘terlalu mudah’ menjadi kegampingen ‘terlalu senang sekali’
Bahkan penggunaan tekanan yang
mengakibatkan perubahan suara itu pun sering dirasa kurang mengungkapkan
perasaan, maka digunakanlah kata penyengat banget
untuk menambahkan bentuk yang sebenarnya sudah tidak perlu lagi itu.
Contoh :
kesenuengen
‘terlalu senang sekali’ menjadi kesenuengen
banget ‘terlalu senang sekali’
3.
Perubahan
Bunyi ( LS )
Menyatakan sifat sangat, bahasa jawa kecuali mengenal
kata banget sebagai kata penyangat,
juga mempergunakan tekanan suara yang mempergunakantekanan suara yang
dimunculkan dengan adanya perubahan suara. Seperti dalam bentuk ke- L –en yang
berlebihan bahwa perubahan suara dipakai untuk lebih mengintensifkan sifat
sangat. Dalam bahasa jawa standar, penambahan ini terjadi pada suku terakhir.
Perubahan suara ini dibarengi dengan adanya perubahan tekanan pada suku kata
terakhir itu sehingga suku kata yang mendapat tekanan itu berubah bunyinya.
Contoh :
dawa
‘panjang’menjadi duawa ‘panjang
sekali’
gedhe
‘besar’ menjadi gedhi ‘besar sekali’
Seperti juga dalam bentuk ke‒L‒an
perubahan bunyi pada kata sifat ini sering dikombinasikan dengan kata penyangat
banget ‘sangat’, sehingga terjadilah
penyangatan ganda yang tidak perlu, seperti :
Omahe
Pak Warto gedhi banget.
Ula kang duawa
banget mau dicekel banjur dilebokakae ing karung.
Kata sifat asli yang simple
maupun yang turunan dan sebagian besar kata sifat transporsisi dapat mengalami
perubahan suara ini.
4.
Kuma
– L
Menimbulkan arti ‘memaksakan diri
ber...’. dalam hal perbuatan ini, sifatnya adalah negatif. Jadi tindakannya
tidak sesuai dengan sifat yang sebenarnya dimiliki oleh orang yang bertindak
itu. Atau dapat dikatakan bahwa orang itu bertindak sok atau berlagak.
Penggunaan ini hanya terbatas pada kata-kata tertentu saja, seperti :
wani ‘berani’ menjadi kumawani ‘berlagak berani’
ayu ‘cantik’ menjadi kumayu ‘berlagak cantik’
N
– DP
Arti dari bentukan ini
‘menimbulkan rasa . . .’. Bentuk nasal hanya dapat ditambahkan pada kata-kata
terbatas saja, namun mempunyai sifat khas yang tidak mungkin digantikan
kedudukannya oleh bentuk imbuhan yang lain, sepeti :
sengit ‘benci’ menjadi nyenyengit ‘menimbulkan rasa benci’
welas ‘belas kasih’ menjadi memelas ‘menimbulkan rasa belas kasih’
6.
N
– DL – i
Seperti dalam bentuk kata sifat
denagn menggunakan imbuhan nasal, maka bentuk N– DL –i jika dilihat secara sepintas akan menimbulkan
kesan bahwa kata tersebut adalah kata kerja. Hal inipun terjadi karena
munculnya N―, yang biasanya berfungsi sebagai pembentuk kata kerja. Tapi
setelah diperhatikan dengan seksama, dapatlah dilihat ciri-ciri yang melekat
pada kata dengan bentuk N–DL–i ini. Kalau kata tersebut betul merupakan kata
sifat maka kata tersebut harus dapat dimasukkan kedalam slot kata sifat.
Sedangkan kalau kata tersebut adalah kata kerja pastiakan pernah masuk dalam
slot kata sifat.
Contoh : ngentheng-entengi
7.
Pengulangan
( DL )
Bentuk imbuhan atau bentuk
perubahan yang dapat terjadi dalam membentuk kata sifat yang baru adalah dengan
menggunakan proses pengulangan, bentukan baru tersebut tidak menimbulkan arti
yang istimewa melainkan mempunyai arti yang biasa saja seperti yang terkandung
dalam arti lingganya saja. Tetapi untuk menanyakan bahwa kata sifat itu
menunjukan pada kata benda jamak, maka diperkenalkanlah bentuk DL ini. Selain
menimbulkan arti jamak, bentuk DL ini juga menimbulkan arti ‘terlalu . . .’.
Biasanya arti terlalu ini berlaku untuk sesuatu yang berbau negetif dan
biasanya juga dipakai dengan mengikuti kata larangan aja jangan.
Contoh : Aja lunga adoh-adoh
mengko kangelan olehe nggoleki.
8.
L
– an
Hampir semua jenis kata mempunyai
bentuk yang menggunakan imbuhan –an. Bahkan arti dari semua bentukan itu pun
hampir senada. Kemiripan arti bentukan tersebut nampak jelas jika dibentuk
tersebut terdapat dalam kata kerja, kata tambah dan kata sifat. Ketiganya
mempunyai arti sama yaitu ‘bersifat’. Maka sulitlah membedakan kata-kata yang
menggunakan imbuhan –an baik yang bersifat transposisi maupun yang asli, tanpa
melihat hubungannya dengan kata yang lain. Ini berarti orang baru dapat
menentukan apakah suatu kata itu berarti kata sifat atau bukan sesudah
mengeceknya dengan memasukannya dalam slot kata sifat itu.
Contoh : Wong kuwi yen angelan sok disengiti kancane.
9.
N
– L
Kata sifat dengan bentuk N – L
seperti halnya bentuk lain yang menggunakan nasal, secara sepintas nampaknya
seperti kata kerja. Namun jika ditest berdasarkan pada pedoman, akan ditemukan
beberapa bentuk tersebut yang termasuk dalam jenis kata sifat, seperti kata
ngedan ‘berbuat seolah-olah gila’, sebetulnya mempunyai sedikit sifat bkata
kerja. Kata tersebut dapat dikatakan mempunyai sifat aktif, menjalankan sesuatu.
Tetapi kata tersebut juga dapat ditambah dengan kata komparatif (membandingkan)
luwih atau kata rada. Terutama kata luwih lebih adalah kata yang dapat ditambahkan
pada kata sifat dan bukannya kata kerja.
Contoh : Nono luwih ngesed ketimbang adhine.
‘Nono lebih bermalas-malasan dibandingkan
dengan aiknya’.
Joni nglara.
‘Joni berpura-pura sakit’.
Dari contoh tersebut, dapat
diketahui bahwa awalan nasal (N‒) dapat berarti ‘berpura-pura..’ atau
‘ber...‒an’.
10. –um –
Sisipan ‒um‒ dapat membentuk kata
sifat, sisipan ‒um‒ juga dapat ditambahkan pada setiap kata selain kata-kata
yang di awali dengan bunyi hidup. Arti bentuk ini biasanya ‘berbuat seolah-olah
seperti...’ atau ‘bersifat sok . . ./berlagak . . .’ jadi tidak sesuai dengan
sifat sebenarnya.
Contoh : Wong sing kuminter malah bisa disengiti kancane.
11. N – L – i
Penggunaan imbuhan ini biasanya
dipakai untuk membentuk kata kerja, maka secara sepintas bentuk kata sifat
dengan imbuhan N‒L‒i kelihatannya sebagai kata kerja. Arti dari bentukan ini
pun menyerupi arti bentukan yang bersifat kata kerja. Bentukan N‒L‒i mempunyai
dua arti, yaitu: (1) ‘bersifat meniru
atau berbuat seperti’. (2) ‘bersifat menyebabkan’.
Contoh : Rupane medeni banget.
Wong tua mesti nguwatiri anakke sing lara
12. –um – DL
Imbuhan yang dapat dipakai untuk
membentuk kata sifat ialah imbuhan ‒um‒ yang dikombinasikan dengan proses
pengulangan terhadap lingganya. Karena merupakan satu kombinasi, maka jika
muncul arti yang sifatnya kombinasi tidaklah mengherankan juga. Bentuk ‒um‒L yang
mempunyai makna ‘bersifat sok . . ./berlagak . . .’, sedangkan pengulangan
lingga mempunyai makna ‘jamak atau sangat’. Maka makna dasi imbuhan ini yaitu
‘sifat sok yang berlebih-lebihan’.
Contoh : Aku wis kumudu-kudu
nempiling.
13. Maha – L
Wntuk menyatakan kata sifat yang
mempunya tingatan ‘paling atau yang ter..’. Bentukan baru dengan menggunakan
kata maha ini tidak hanya terdapat
dalam kata sifat tetapi juga terdapat dalam kata benda dan kata kerja.
Kata
benda : maha
ratu ‘ratu tertinggi’
maha patih ‘sang patih’
kata
kerja :
mahapriksa ‘paling tahu’
Kata
sifat : maha
adil
maha suci
III.
Kata
Sifat Transposisi
Dalam pengelompokan kata sifat
berdasarkan bentuknya dapat dipisahkan menjadi dua jenis, yaitu kata sifat asli
dan kata sifat transposisi. Adapun yang dimaksud dengan kata sifat transposisi
ialah kata sifat yang dibentuk dari jenis kata lain dengan menambahkan imbuhan
pada kata – kata tersebut. Berikut hal mengenai kata sifat transposisi.
·
Kata
Sifat Transposisi dari Kata Benda
Kata sifat transposisi dari kata
benda yaitu kata sifat yang sudah mendapatkan imbuhan dengan kata dasarnya kata
benda. Berikut contoh kata sifat transposisi dari kata benda.
Arti
|
Bentuk
|
Contoh
|
Nggadhahi sipat
|
mi- (lingga)
|
Mirasa, miraos
|
Nggadhahi sipat mirip
|
(lingga) –an
|
Kampungan, kratonan
|
Kaya / mirip
|
nassal- (lingga)
|
Mbanyu,
mbeling, mblaraksempal
|
Kaya / mirip
|
-um- (lingga)
|
Cumanthoko,
sumanak, kumenthus
|
Lelakon kaya
|
nassal- (lingga) -i
|
Mbapaki, mbocahi, ndesani
|
Nyebabake dadi
|
nassal- (lingga) -i
|
Migunani,
mikuwati, mikolehi
|
Kayata / mirip
|
kuma- (dwilingga)
|
Kumalanda
– landa, kumratu- ratu
|
2.5.2 Kata Sifat Transposisi dari Kata Kerja
Kata sifat dapat dibentuk dari kata
kerja melalui proses morfologis sebagai berikut.
Arti
|
Bentuk
|
Contoh
|
Nggadhahi sipat
|
mi- (lingga)
|
Misuwur
|
Nggadhahi sipat kaya
|
(lingga) –an
|
Manganan, jajanan, aleman
|
Nggadhahi sipat kaya
|
-m-
(lingga)
|
Sumarah, sumeleh, dumuwe maju
|
Nggadhahi
sipat kang nyebabake
|
nassal- (lingga) -i
|
Mencuti, nggandrungi, mlesedi
|
·
Kata
Sifat Transposisi dari Kata Tambahan
Arti
|
Bentuk
|
Contoh
|
Nggadhahi sipat kaya
|
(dwilingga)
|
Kriyip – kriyip, kiyer – kiyer
|
Nggadhahi sipat lan tingkat
|
(lingga) –an
|
Gembelengan, ceniningan
|
Nggadhahi sipat
|
nassal- (lingga)
|
Njrebabah, mbrengenggeng
|
Nggadhahi sipat
|
-um- (lingga)
|
Semrawut,
kemruwes, kemrusuk
|
Nggadhahi
sipat kang nyebakake
|
-um- (dwilingga)
|
Megap – megap, menggeh - menggeh
|
Kata sifat dan dan kata tambahan
selalu saling berkaitan, sehingga sulit untuk menentukan apakah suatu kata itu
kata sifat atau kata tambahan jika tidak melihat konteksnya. Ini berarti harus
dilihat ke dalam slot manakah kata tersebut dapat dipergunakan, sebelum
menentukan jenis katanya.
Misalnya kata ceniningan (lingga
-an) yang artinya (menunjukkan sikap yang tidak sopan karena matanya melihat ke
sana ke mari dan bertindak sembrono). Kata tersebut dapat dipergunakan untuk
kata tambahan yang berfungsi sebagai kata yang menerangkan sikap atau tingkah
laku, tetapi di lain pihak juga dapat dipergunakan untuk menerangkan sifat
seseorang.
Contoh
:
1. Bocah
mlaku kok ceniningan
‘Anak
berjalan dengan tingkah yang tidak sopan‘
(dipakai
dalam kata tambahan)
2. Bocah
ceniningan koyo ngono kuwi ditampa ?
(dipakai
dalam kata sifat)
Jadi penggunaan bentuk – bentuk kata
tambahan dalam kata sifat transposisi ini sebetulnya tidak mengubah bentuk kata
tambahan itu sendiri. Hanya saja kata tersebut dapat dipakai (bentuk – bentuk kata tertentu dari kata
tambahan) dalam slot kata sifat.
UV-free sunscreen with zinc oxide and titanium dioxide
ReplyDeleteUV-free sunscreen with ford focus titanium zinc oxide and titanium titanium linear compensator dioxide, an ingredient babyliss pro titanium of the babylisspro nano titanium hair dryer The powder offers an extra layer of vitamin C, babyliss pro nano titanium straightener which helps regulate the
x294u4kuveg843 penis pumps,cheap sex toys,male masturbator,horse dildo,dildos,wholesale sex toys,dildos,wholesale sex toys,sex toys s935e6udgcs915
ReplyDeletex407m6bdcfg371 dildos,dildo,wholesale sex toys,vibrators,Male Masturbators,horse dildo,sex toys,Panty Vibrators,Discreet Vibrators y135l7kobze531
ReplyDeletee206h9ozebm537 cheap nfl jerseys,wholesale jerseys,wholesale nfl jerseys,Cheap Jerseys china,Cheap Jerseys free shipping,wholesale jerseys from china,Cheap Jerseys china,wholesale nfl jerseys,cheap jerseys,wholesale jerseys from china i372u9djprf877
ReplyDelete