Kematian Gatotkaca Versi Jawa
oleh
Wayang
Nusantara (Indonesian Shadow Puppets) pada 21 Maret 2012 pukul 21:10
·
Perang
di Kurukshetra dalam pewayangan Jawa biasa
disebut dengan nama Baratayuda.
Kisahnya diadaptasi dan dikembangkan dari naskah Kakawin Bharatayuddha yang ditulis tahun 1157 pada zaman Kerajaan Kadiri. Versi pewayangan
mengisahkan, Gatotkaca sangat
akrab dengan sepupunya yang bernama Abimanyu putra Arjuna. Suatu hari Abimanyu menikah
dengan Utari putri Kerajaan Wirata, di mana ia mengaku masih
perjaka. Padahal saat itu Abimanyu telah menikah dengan Siti Sundari putri Kresna.
GATOTKACA
Siti
sundari yang dititipkan di istana Gatotkaca mendengar suaminya telah menikah
lagi. Paman Gatotkaca yang bernama Kalabendana datang menemui Abimanyu
untuk mengajaknya pulang. Kalabendana adalah adik bungsu Arimbi yang
berwujud raksasa bulat kerdil tapi berhati polos dan mulia. Hal itu membuat
Utari merasa cemburu. Abimanyu terpaksa bersumpah jika benar dirinya telah
beristri selain Utari, maka kelak ia akan mati dikeroyok musuh.
Kalabendana gaya
Surakarta
Kalabendana
kemudian menemui Gatotkaca untuk melaporkan sikap Abimanyu. Namun Gatotkaca
justru memarahi Kalabendana yang dianggapnya lancang mencampuri urusan rumah
tangga sepupunya itu. Karena terlalu emosi, Gatotkaca sampai memukul kepala
Kalabendana. Mekipun perbuatan tersebut dilakukan tanpa sengaja, namun pamannya
itu tewas seketika. Ketika perang
Baratayuda meletus, Abimanyu benar-benar tewas dikeroyok
para Korawa pada hari ke-13. Esoknya pada hari ke-14 Arjuna berhasil
membalas kematian putranya itu dengan cara memenggal kepala Jayadrata.
Duryudana sangat
sedih atas kematian Jayadrata, adik iparnya tersebut. Ia
memaksa Karna menyerang perkemahan Pandawa malam itu juga.
Karna pun terpaksa berangkat meskipun hal itu melanggar peraturan perang. Mendengar
para Korawa melancarkan serangan malam, pihak Pandawa pun mengirim Gatotkaca
untuk menghadang. Gatotkaca sengaja dipilih kaarena Kotang
Antrakusuma yang ia pakai mampu memancarkan cahaya terang
benderang.
Pertempuran
malam itu berlangsung mengerikan. Gatotkaca berhasil menewaskan sekutu Korawa
yang bernama Lembusa. Namun ia sendiri kehilangan kedua pamannya, yaitu Brajalamadan
dan Brajawikalpa yang tewas bersama musuh-musuh mereka, bernama Lembusura
dan Lembusana. Gatotkaca
akhirnya berhadapan dengan Karna, pemilik senjata Kontawijaya. Ia pun
menciptakan kembaran dirinya sebanyak seribu orang sehingga membuat Karna
merasa kebingungan. Atas petunjuk ayahnya, yaitu Batara Surya, Karna
berhasil menemukan Gatotkaca yang asli. Ia pun melepaskan senjata Konta ke arah
Gatotkaca.
Gatotkaca
mencoba menghindar dengan cara terbang setinggi-tingginya. Namun arwah
Kalabendana tiba-tiba muncul menangkap Kontawijaya sambil menyampaikan berita
dari kahyangan bahwa ajal Gatotkaca telah ditetapkan malam itu. Gatotkaca pasrah
terhadap keputusan dewata. Namun ia berpesan supaya mayatnya masih bisa
digunakan untuk membunuh musuh. Kalabendana setuju. Ia kemudian menusuk pusar
Gatotkaca menggunakan senjata Konta. Pusaka itu pun musnah bersatu dengan
sarungnya, yaitu kayu Mastaba yang masih tersimpan di dalam perut
Gatotkaca.
Gatotkaca
telah tewas seketika. Arwah Kalabendana kemudian melemparkan mayatnya ke arah
Karna. Karna berhasil melompat sehingga lolos dari maut. Namun keretanya hancur
berkeping-keping tertimpa tubuh Gatotkaca yang meluncur kencang dari angkasa.
Akibatnya, pecahan kereta tersebut melesat ke segala arah dan menewaskan para
prajurit Korawa yang berada di sekitarnya. Tidak terhitung banyaknya berapa
jumlah mereka yang mati.
No comments:
Post a Comment