Jati Diri Kepemimpinan Kresna (13)
Perkawinan Narayana dengan Setyaboma
Perkawinan Narayana dengan Setyaboma
Setyajid,
raja Lesanpura, duduk di atas singgasana, dihadap oleh Setyaki, Setyadarma dan
pegawai istana. Raja memberitahu rencana perjodohan Setyaboma dengan Pendeta
Drona di Sokalima. Tengah mereka berbicara datanglah Patih Prabawa, utusan dari
kerajaan Mandura, menyampaikan surat dari Prabu Baladewa.
Isi
surat menerangkan bahwa Erawati, istri raja Baladewa, jatuh sakit. Sekarang ia
beristirahat di pesanggrahan Randhukumbala. Setyaboma didambakan kehadirannya
untuk menjenguk Erawati. Patih Prabawa kembali ke Mandura. Raja Setyajid
menemui permaisuri yang sedang duduk bersama Setyaboma. Raja memberi tahu
tentang kabar Erawati yang sedang sakit, dan minta agar Setyaboma datang
menjenguknya. Setyaboma dengan senang berangkat ke Randhukumbala. Setyaki dan
Setyadarma mengiringnya.
Dikisahkan,
raja Dwarawati yang bernama Yuda Kalakresna sedang jatuh cinta kepada
Setyaboma. Raja itu menulis surat lamaran. Raksasa Kalarumba diperintahkan
untuk menyampaikannya kepada raja Setyajid. Kalarumba berangkat, dikawal Togog dan
Sarawita. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan rombongan Lesanpura yang
akan pergi ke Randhukumbala. Maka terjadilah perselisihan, raksasa Kalarumba
lalu menyimpang, masuk ke hutan. Mereka takut menghadapi amukan Setyaki.
Rombongan Lesanpura berlanjut ke Randhukumbala.
Telah
lama Pamade tinggal di pertapaan Wukir Retawu. Bagawan Abiyasa menyuruh agar
Pamade kembali ke Ngamarta. Pamade menurut perintah sang bagawan, lalu mohon
restu berangkat ke Ngamarta. Para panakawan mengawalnya. Di tengah perjalanan
mereka bertemu dengan prajurit raksasa Dwarawati yang dipimpin oleh Kalarumba.
Mereka saling bertanya, berselisih dan terjadilah perkelahian. Raksasa kalah.
Togog dan Sarawita pun kembali ke Dwarawati.
Setyaboma
dan rombongan tiba di pesanggrahan Randhukumbala. Mereka disambut oleh raja
Baladewa. Setyaboma disuruh masuk ke istana keputren menemui Erawati, sedang
Setyaki ditemui oleh raja Baladewa sendiri. Setelah masuk di istana keputren,
Setyaboma terkejut bercampur takut, sebab yang dijumpai sakit bukan Erawati,
melainkan Narayana. Setyaboma akan lari, tetapi ditahan Narayana. Narayana
berkata bahwa sangat sayang bila Setyaboma yang gadis remaja akan dikawinkan
dengan Pendeta Drona yang tua itu. Setyaboma jatuh cinta kepada Narayana.
Mereka duduk berdampingan dan berjanji saling mencintai.
Sementara
itu Setyaki mabuk oleh minuman sehingga tidak mengetahui peristiwa yang
terjadi. Setelah sadar dan mengetahui tipu muslihat raja Baladewa dan Narayana,
Setyaki pun menjadi marah. Ia hendak menyerang raja Baladewa. Raja Baladewa
mengatakan bahwa tipu muslihat itu dilakukan demi terbebasnya Setyaboma dari
tangan Korawa. Setyaki tidak setuju dengan akal demikian itu. Raja Baladewa
diserangnya, tetapi sang raja berusaha menghindari perselisihan. Ketika Setyaki
melihat Setyaboma duduk berdampingan dengan Narayana, hilanglah rasa marahnya.
Ternyata Setyaboma mencintai Narayana. Ia menghormat dan minta maaf. Setyaki
diutus ke Ngastina agar memberitahu kepada warga Korawa bahwa perkawinan
Setyaboma harus melalui sayembara. Siapa yang mampu mengalahkan raja Baladewa
dan mematahkan dua lengannya diperbolehkan memperistri Setyaboma.
Setyaki
segera pergi ke Ngastina, menyampaikan sayembara yang harus dipenuhi oleh raja
Duryudana dan Pendeta Drona. Kemudian Setyaki kembali ke Randhukumbala. Raja
Duryodana mengijinkannya, beberapa warga Korawa disuruh membantunya. Setelah
tiba di Randhukumbala, Pendeta Drona mengajukan permintaan bahwa para Korawalah
yang mewakilinya. Raja Baladewa menerima usul Pendeta Drona. Ia menyuruh warga
Korawa mengeroyoknya tapi ternyata Raja Baladewa tidak terkalahkan.
Pendeta
Drona pun lari ke Ngamarta, menghadap raja Yudhistira. Pendeta Drona minta
kesediaan Bima untuk mewakilinya mengikuti sayembara mengalahkan raja Baladewa.
Raja Yudhistira mengijinkan, dan Bima menyanggupinya. Mereka meninggalkan
Ngamarta, dan pergi menuju ke Randhukumbala. Pamade menyertainya. Raja Baladewa
menerima kedatangan Bima, lalu mereka beradu kesaktian. Lama mereka berkelahi,
akhirnya capai dan jatuh pingsan. Narayana dan Sumbadra datang dan menangisi
Baladewa. Sedangkan Pamade menangisi Bima.
Tengah
mereka bertangisan datanglah penjaga istana keputren, lalu memberi tahu bahwa
Setyaboma dilarikan Raseksi. Baladewa dan Bima sadar, lalu mereka berunding
untuk mengejar pencuri. Pamade ditugaskan mencari pencuri itu. Bima dan
Narayana mengikutinya.
Setyaboma
telah berhasil dibawa sampai Negara Dwarawati oleh Raseksi Rini. Kemudian
diserahkannya kepada raja Yuda Kalakresna. Setyaboma disuruh masuk ke istana.
Ketika masuk di istana, ternyata Narayana telah datang dan siap menyambutnya.
Setyaboma disimpan dalam cincin Narayana. Raja Yuda Kalakresna menyerangnya,
tetapi akhirnya mati terbunuh. Prajurit Dwarawati mengamuk namun dapat
dipadamkan oleh Bima dan Pamade. Sang Hyang Narada datang, menjunjung perintah
Sang Hyang Girinata, agar Narayana naik tahta di Dwarawati dengan gelar Prabu
Kresna. Sang Hyang Narada kembali ke Kahyangan.
Narayana,
Bima dan Pamade kembali ke Lesanpura dan menyerahkan Setyaboma kepada raja
Setyajid. Raja mengijinkan putrinya, Setyaboma, dipersunting oleh Narayana.
Raja
Duryodana yang kecewa lalu memerintahkan warga Korawa menyerang Lesanpura dan
merebut Setyaboma. Serangan prajurit Korawa dilawan oleh Pamade dan Bima, maka
seketika musuh kembali ke Ngastina.
Negara
Lesanpura aman kembali. Narayana memboyong Setyaboma, dan bertahta di kerajaan
Dwarawati. (Sumber: Mangkunagara VII, Jilid 23:8-14)
(R.S.
Subalidinata)
No comments:
Post a Comment