Figur Wayang
Gatotkaca, dalam bentuk wayang kulit, hasil karya dari Kaligesing Purworejo,
koleksi Museum Tembi Rumah Budaya (Foto: Sartono)
Gatotkaca
Gatotkaca adalah anak
Raden Wrekudara atau Bima, dari istri nomor dua yaitu Dewi Arimbi, adik seorang
raja raksasa dari Pringgondani. Pada waktu lahir, Gatotkaca telah menunjukkan
keistimewaannya dibandingkan dengan bayi pada umumnya. Keistimewaan tersebut
nampak pada tali pusar bayi Gatotkaca. Tali pusar yang menyatukan antara pusar
Gatotkaca dan plasenta tersebut tidak dapat dipotong dengan berbagai senjata
tajam. Oleh karena hal itu, Wrekudara dan juga kerabat Pandawa merasa prihatin
dan berupaya mencari senjata yang dapat memotong tali pusar bayi Gatotkaca.
Bersamaan dengan
kesulitan yang dihadapi para Pandawa, para Dewa pun berada dalam kesulitan.
Pasalnya tempat kahyangan para dewa telah dikepung oleh Prabu Naga Pracona
bersama dengan Patih Kala Sekipu dan bala tentara raksasa dari negara Ngembat
Keputihan. Tak satu pun diantara para dewa yang dapat mengalahkan dan mengusir
Patih Kala Sekipu dan Prabu Naga Pracona. Jika Dewi Gagar Mayang tidak
diberikan kepada Prabu Naga Pracona, kahyangan akan dibumi hanguskan.
Mengetahui akan
kesaktian bayi Gatotkaca, Batara Guru mengutus Batara Narada mengirim pusaka
sakti yang bernama Kuntawijayandanu kepada Arjuna agar dapat digunakan memotong
tali pusar bayi Gatotkaca. Tetapi jika nanti tali pusar bayi telah putus,
hendaknya Wrekudara dan para kerabat Pandawa merelakan bayi Gatotkaca dibawa ke
kahyangan untuk dijadikan jago para dewa dalam menghadapi musuh sakti. Batara
Narada yang turun ke arcapada dengan membawa panah pusaka Kuntawijayandanu yang
sedianya akan diberikan kepada Arjuna, ternyata keliru diberikan kepada
Suryatmaja. Akibatnya diantara kedua ksatria yang hampir sama wajahnya itu
saling berebut pusaka Kuntawijayandanu. Arjuna mendapat ‘warangka’ atau
wadahnya, sedangkan Suryatmaja membawa pusakanya. Atas kejadian tersebut Batara
Narada memohon maaf kepada Arjuna dan meyakinkan bahwa dengan wadah
Kuntawijayandanu, talipusar Gatotkaca dapat dipotong.
Benar apa yang dikatakan
Batara Narada, tali pusar Gatotkaca dapat putus dengan warangka Kunta
Wijayandanu. Keelokan terjadi, bersamaan dengan putusnya tali pusar Gatotkaca,
warangka Kuntawijayandanu hilang musnah, melesak di pusar Gatotkaca. Selanjutnya,
bayi Gatotkaca dibawa ke kahyangan. Namun sebelumnya, Gatotkaca yang masih bayi
dimasukan ke kawah Candradimuka agar menjadi satria yang sakti mandraguna. Oleh
Batara Guru, Gatotkaca diberi pusaka berupa: Caping Basunanda, Kotang
Antrakusuma, dan alas kaki bernama Terumpah Padakacerma. Dalam usia yang
relatif muda Gatotkaca diwisuda menjadi raja para raksasa di negara
Pringgandani yang adalah warisan dari Dewi Arimbi ibunya, dengan gelar Prabu
Anom Gatotkaca. Ia beristri tiga orang yakni: Dewi Pergiwa, Dewi Sumpaniwati
dan Dewi Suryawati. Dari ketiga istri tersebut Gatotkaca menurunkan tiga anak
laki-laki, yakni: Sasikirana, Jayasumpena, dan Suryakaca.
Nama lain Gatotkaca
adalah: Tutuka, Purubaya, Arimbiatmaja, Krincingwesi, Guruputra, Surya Narada,
Senaputra, Bendarares. Menurut cerita wayang versi India, Gatotkaca adalah anak
seorang Raseksi Hidimbi, oleh karenanya Gatotkaca lahir sebagai bayi yang
berparas raksasa dengan kepala gundul. Sangat berbeda dengan cerita wayang di
Jawa bahwa Gatotkaca adalah satria gagah tampan berpakaian serba gemerlap.
herjaka HS
No comments:
Post a Comment